Mesakke Bangsaku,
karya terbesar Pandji selama tiga tahun…
Setelah tiga tahun
pun, akhirnya saya bisa menontonnya.
Sebenarnya ulasan acara ini bisa diungkapkan dalam satu ungkapan,
“asli ga nyesel bayar 400 ribu rupiah!”. Benar-benar saya tidak menyesal harus
berburu tiket di tengah malam; saya tidak menyesal untuk tetap memutuskan pergi
sendirian karena tidak ada yang menemani; saya tidak menyesal harus berlomba
dengan waktu ketika menuju tempat acara yang agak jauh dari tempat saya
bekerja.
Sejujurnya ini bukan pertama kalinya saya tahu tentang
Pandji. Bisa dikatakan, dia adalah stand up comedian Indonesia pertama yang
saya suka. Ini dikarenakan tidak hanya gurauan yang lucu, tetapi juga berisi
pesan-pesan moral yang menggelitik nalar, logika dan hati. Berawal dari
serangkaian video stand up comedy-nya di youtube, saya akhirnya bertekad untuk
bisa menonton acaranya secara langsung.
Tahun pertama, keinginan ini kandas lantaran pekerjaan. Begitu
juga tahun kedua, yang juga kandas karena pekerjaan. Seakan seperti kutukan,
tahun ketiga ini hampir juga kandas dikarenakan masalah yang sama…yaitu
pekerjaan. Namun, untuk kali ini saya memutuskan untuk tetap pergi, walaupun
harus datang terlambat dan beresiko mendapat kursi yang tidak enak. Kenyataannya
saya mendapat kursi yang empuk, tepat menghadap tengah panggung. Mantap~
Bicara soal tempat, tempat pilihan Pandji kali ini sungguh
membuat saya kehabisan kata-kata. Di sisi lain, saya dapat melihat bahwa tempat
ini seakan holy grail bagi Pandji. Bila menggunakan analogi video game, tempat
ini seakan-akan tempat raja terakhir, tempat pamungkas, bagi perjalanan Pandji.
Walaupun tidak terlihat mata, namun kita bisa merasakan impian dari si
penyelenggara di acara ini. Atau mungkin saya saja yang lebay, karena seakan
bisa merasakannya….
Acara pun dimulai tepat pukul 20:00 WIB. Laiknya acara
panggung seperti biasanya, pasti ada sang pembuka acara. Pada acara Mesakke
Bangsaku, Pandji memiliki 14 orang stand up comedian yang berbeda-beda sebagai
pembuka acaranya. Para comedian ini merupakan comedian lokal yang dipilih,
sesuai dengan kota-kota tempat acara ini dilangsungkan. Khusus untuk Mesakke
Bangsaku Jakarta, Arief Didu yang terpilih.
Jujur, Pandji pintar memilih Arief Didu sebagai pembukanya. Dia
berhasil memberikan bit-bit yang lucu namun juga renyah dan mudah dicerna. Tidak
mengatakan bahwa Arief Didu tidak pandai atau bodoh loh. Tapi sebagai pembuka,
laiknya makanan pembuka, sebaiknya memang tidak memberikan sesuatu yang berat. Justru
merupakan hal yang susah agar bisa membuat penonton menikmati acara, tanpa
melihat sang pembuka sebelah mata. Untuk ini Arief Didu patut diberikan standing
applause, karena sudah mampu memanaskan para penonton.
Setelah Arief Didu, tentunya sang maestro acara, Pandji
Pragiwaksono. Seperti biasanya, Pandji memberikan beragam jenis topik, mulai
dari topik tentang keseharian hingga topik serius bahkan mungkin terkesan tabu
bagi banyak orang. Salah satu topik yang dia gunakan adalah tentang gay. Untuk topik
ini, dia mengemukakan bagaimana kaum gay merupakan kaum minoritas yang suaranya
patut didengar. Bahkan Pandji mampu menggunakan topik ini sebagai gurauan ke
salah satu penonton.
Selain topik gay, salah satu topik yang mungkin tabu adalah
tentang pemerkosaan. Banyak kali dikatakan bahwa “Rape is not a joke”, pemerkosaan bukanlah sebuah lelucon. Namun di
sini, Pandji dengan cadas mampu memberikan bit tentang pemerkosaan yang mampu
membuat penonton tertawa. Rape can be a
joke, as long as you know how to deliver it, and Pandji does know how to do it.
Masih banyak bit-bit lain yang mengena di pikiran, namun
sayang saya tidak hapal semua. Maklum, saya tidak mampu menghafal perkataan
orang secara leterlek; saya lebih bisa memahami. Satu hal yang pasti, semua
bit-bit itu tidak hanya lucu belaka, tetapi juga berisi pesan moral. Sesuatu
yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Sesuatu yang lucu tidak
selamanya hanya menertawakan kegobolokan orang saja, namun bisa juga mengenai
sesuatu yang serius. Perbedaannya adalah dengan menertawakan sesuatu yang
serius, kita dapat dibuat untuk berpikir lebih dalam mengenai topik tersebut. Nantinya
kita bisa berbuat sesuatu untuk melakukan yang terbaik bagi situasi itu.
Akhir kata, terima
kasih untuk sebuah acara yang hebat, Pandji.
Mesakke Bangsaku
Jakarta, sungguh mengisi pikiranku,
Sungguh mengisi
hatiku,
Namun sayang…tidak
mengisi perutku… (duh, lapar…)
N.B : serius nih…acaranya keren banget! Sukses buat Pandji
pokoknya! Standing applause all around!
0 comments:
Posting Komentar